MAKALAH
BAHASA INDONESIA
ASPEK
PENALARAN DALAM KARANGAN ILMIAH
Disusun
Oleh :
Vinsya
Eriansyah
19113160
3KA12
JURUSAN
SISTEM INFORMASI
FAKULTAS
ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
I. PENALARAN ILMIAH
Pengertian Penalaran adalah
proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang
relevan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai
dasar untuk menarik kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa
fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas).
Ciri-ciri penalaran
sebagai berikut :
1.
Logis, suatu
penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara
objektif dan didasarkan pada data yang valid.
2.
Analitis, berarti
bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam
merangkai, menyusun, atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke
dalam suatu pola tertentu.
3.
Rasional, artinya adalah apa yang
sedang dinalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat
dipikirkan secara mendalam
II. MENULIS
SEBAGAI PROSES PENALARAN
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis suatu topik kita harus berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya.
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis suatu topik kita harus berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya.
III. JENIS PENALARAN
Menurut prosesnya, penalaran
dibedakan menjadi dua:
A. Penalaran
Induktif
Penalaran induktif Secara formal dapat dikatakan bahwa induksi adalah
proses penalaran untuk sampai pada suatu keputusan, prinsip, atau sikap yang
bersifat umum dan khusus, beradasarkan pengamatan atas hal-hal yang khusus. Proses
induksi dapat dibedakan:
1.
Generalisasi, ialah proses penalaran berdasarkan
pengamatan atas jumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik
kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa.
2.
Analogi,
adalah suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu
gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus lain yang memiliki
sifat-sifat esensial yang bersamaan.
3.
Hubungan sebab akibat, Penalaran dari sebab ke
akibat mulai dari pengamatan terhadap suatu sebab yang diketahui. Berdasarkan
itu, kita menarik kesimpulan mengenai akibat yang mungkin ditimbulkan.
B. Penalaran
Deduktif
· Penalaran
deduktif Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip, hukum, atau teori yang
berlaku umum tentang suatu hal atau gejala. Berdasarkan prinsip umum itu,
ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus, yang merupakan bagiuan dari hal
atau gejala itu. jadi, penalaran deduktif bergerak dari hal atau gejala yang
umum menuju pada gejala yang khusus.
IV. ISI KARANGAN
Isi karangan menyajikan fakta
yang berupa benda, kejadian, gejala, sifat ramalan, dan sebagiannya. Karya
ilmiah membahas fakta meskipun untuk pembahasan ini diperlukan teori atau
pendapat. Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan fakta,
yaitu generalisasi dan spesifikasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan,
hubungan sebab akibat, analogi, dan ramalan.
V. FAKTA SEBAGAI UNSUR DALAM
PENALARAN ILMIAH
Agar
dapat menalar dengan tepat, perlu kita memiliki pengetahuan tentang fakta yang
berhubungan. Jumlah fakta tak terbatas, sifatnya pun beraneka ragam. Oleh sebab
itu, sebagai unsur dasar dalam penalaran ilmiah, kita harus mengetahui apa
pengertian dari fakta.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fakta memiliki definisi sebagai hal
(keadaan atau peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada
atau terjadi. Selain itu, fakta juga merupakan pengamatan yang telah
diverifikasi secara empiris (sesuai dengan bukti atau konsekuensi yang teramati
oleh indera). Fakta bila dikumpulkan secara sistematis dengan beberapa sistem
serta dilakukan secara sekuensial maka fakta tersebut mampu melahirkan sebuah
ilmu. Sebagai kunci bahwa fakta tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa sebuah
teori dan fakta secara empiris dapat melahirkan sebuah teori baru.
Untuk
memahami hubungan antara fakta-fakta yang sangat banyak itu, kita perlu
mengenali fakta-fakta itu secara sendiri-sendiri. Ini berarti bahwa kita harus
mengetahui ciri-cirinya dengan baik. Dengan begitu, kita dapat mengenali
hubungan di antara fakta-fakta tersebut dengan melakukan penelitian.
Selain itu, kita dapat
menggolong-golongkan sejumlah fakta ke dalam bagian-bagian dengan jumlah
anggota yang sama banyaknya. Proses seperti itu disebut pembagian, namun
pembagian di sini memiliki taraf yang lebih tinggi dan disebut klasifikasi.
VI. KETERKAITAN PENALARAN DALAM PROSES PENULISAN
ILMIAH
Suatu karangan sesederhana apapun
akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang. Penalaran itu akan tampak dalam
pola pikir penyusuan karangan itu sendiri. Penalaran dalam suatu karangan
ilmiah mencakup 5 aspek. Kelima aspek tersebut adalah:
1.
Aspek Keterkaitan
Aspek
keterkaitan adalah hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain dalam suatu
karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu
sama lain. Pada pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah – rumusan
masalah – tujuan – dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus
berkaitan dengan bagian landasan teori, harus berkaitan dengan pembahasan, dan
harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
2.
Aspek Urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatu yang harus didahulukan
atau ditampilkan kemudian dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat
pengembangan. Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu.
Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori
merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru
setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan
disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah.
3.
Aspek argumentasi
Aspek
argumentasi adalah bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta,
pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan.
Hampir sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa
masalah tersebut perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat atau
temuan-temuan dalam analisis harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan
mendalam.
4.
Aspek Teknik Penyusunan
Aspek
teknik penyusunan adalah bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah
digunakan secara konsisten, karangan ilmiah harus disusun dengan pola
penyusunan tertentu dan terknik bersifat baku dan universal. Untuk itu
pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah merupakan syarat multak
yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.
5.
Aspek Bahasa
Aspek
bahasa adalah bagaimana penggunaan bahasa karangan ilmiah harus disusun dengan
bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru
akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk karangan
ilmiah akademis
DAFTAR PUSTAKA
http://fajaradiwinanto.blogspot.co.id/2015/10/penalaran-ilmiah.html
http://www.kelasindonesia.com/2015/04/pengertian-contoh-kerangka-karangan-dan-cara-membuatnya.html